Kamis, 17 Juli 2008

Mitos penciptaan

Setiap kebudayaan dan bangsa mempunyai mitos penciptaan-nya masing-masing. Mitos-mitos ini berkembang sebagai upaya setiap bangsa untuk menjawab pertanyaan, "Dari mana asal-usul kita?" atau "Apa sebabnya kita berada di muka bumi ini?"

Suku Minahasa mempunyai cerita tentang Toar dan Lumimuut yang digambarkan sebagai nenek moyang mereka. Orang Batak percaya bahwa mereka adalah keturunan satu leluhur yang bernama Si Raja Batak.

Suku Lakota di Amerika percaya bahwa sebelum bumi diciptakan, dewa-dewa tinggal di surga sementara manusia hidup di dunia bawah yang tidak mempunyai budaya.

Bangsa Mande di Mali selatan percaya bahwa pada mulanya hanya ada Mangala. Mangala adalah makhluk tunggal yang kuat dan dahsyat. Di dalam Mangala terdapat empat bagian, yang antara lain melambangkan empat hari dalam satu minggu, empat unsur alam, dan empat arah (ruang). Mangala juga mengandung dua pasang kembar yang berjenis kelamin ganda. Mangala bosan menyimpan semua unsur ini di dalam dirinya, karena itu dewa mengeluarkannya dan membentuknya menjadi sebuah benih. Benih inilah yang menjadi penciptaan dunia ini.

Agama Yahudi, Kristen, dan Islam sama-sama memiliki mitos penciptaan yang dimulai dari Adam dan Hawa.

Penciptaan Menurut Agama

Islam

Tiap-tiap agama dan kepercayaan pasti mempunyai cerita tentang asal muasal terjadinya manusia yang pertama. Begitu juga pada Islam dengan adanya kisah Nabi Adam as dan Hawa yang disebutkan pada Al Baqarah ayat 30-39. tulisan ini coba menganalisa karakter manusia berdasarkan manusia pertama yang tercatat dalam sejarah Qur’an. Sebagai terjemahan yang digunakan adalah Tafsir Al Misbah yang ditulis oleh Quraish Shihab. Ayat 30 berbunyi sebagai berikut :

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “ Sesungguhnya Aku hendak menjadikan satu khalifah di muka bumi. “Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Dari ayat diatas tampak bahwa malaikat mempunyai dugaan bahw khalifah yang akan diciptakan Allah SWT ini adalah mahluk yang akan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah dalam perselisihan. Dalam Tafsir Jalalain disebutkan bahwa perbuatan itu juga dilakukan bangsa jin yang dulunya mendiami bumi sebelum manusia, sesudah mereka berbuat kerusakan, Allah mengirimkan malaikat dan dibuanglah mereka ke gunung-gunung dan pulau-pulau terpencil .

Dalam Tafsir Al Misbah dijelaskan bahwa selain berdasar pengalaman mahluk sebelumnya, dugaan itu mungkin timbul dari sebutan khalifah itu sendiri. Arti kata ini mengesankan makna pelerai perselisihan dan penegak hukum, sehingga dengan demikian pasti ada diantara mereka yang berselisih dan menumpahkan darah.

Apabila kita perhatikan putaran roda sejarah kehidupan manusia memang apa yang dikhawatirkan malaikat telah terjadi dan hingga hari ini hal tersebut masih terus berlangsung di dalam kehidupan kita. Selalu saja ada manusia yang berbuat kerusakan di muka bumi ini seperti penggundulan hutan untuk keperluan industri, pembuangan limbah berbahaya di laut hingga berlubangnya lapisan ozon kita akibat pencemaran udara yang luar biasa. Perang sebagai penumpah darah manusia masih terjadi terus menerus seperti agresi Amerika terhadap Afganishtan dan Irak hingga yang terbaru adalah agresi Israel ke wilayah Palestina dan Libanon.

Apakah semua perusakan dan penumpahan darah itu adalah karakteristik manusia yang sudah ditakdirkan menjadi bagian dari sejarah hidupnya ? Apakah tujuan statemen tersebut adalah peringatan bagi manusia untuk mencegah perusakan di muka bumi dan penumpahan darah ? Wallohu alam, yang jelas tugas sebagai khalifah yang sudah diemban manusia salah satunya mempunyai makna mengadili perselisihan dan mencegah pertumpahan darah yang dilakukan oleh sebagian manusia sendiri terhadap lainnya.

Mengapa manusia yang akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah tersebut tetap akan dijadikan khalifah di muka bumi? Mengapa bukan malaikat yang selalu taat dan memuji Allah SWT ? Ayat berikut (QS 2:31-33) akan memberi jawabannya:

“Dia mengajar Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu benar!” Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada pengetahuan bagi kami selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Mengetahui (lagi) Maha Bijaksana.” “Dia (Allah) berfirman, “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda-benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda-benda itu, Dia (Allah) berfirman, “Bukankah sudah Ku-katakan kepada kamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.”

Kali ini Allah SWT menunjukkan kepada malaikat bahwa khalifah yang dia tugaskan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan mereka. Diberi-Nya khalifah ini potensi pengetahuan untuk dapat mengenal benda-benda. Potensi ini yang bisa membuat manusia mampu menjalankan perintah sebagai khalifah di muka bumi. Walaupun nantinya akan ada sebagian manusia yang akan berbuat kerusakan di muka bumi atau menumpahkan darah tapi dengan potensi yang diberikan kepada manusia maka manusia akan sanggup menjalankan tugas sebagai khalifah.

Walaupun malaikat mempunyai ketaatan yang lebih baik, selalu menyucikan dan memuji Allah tapi tanpa potensi pengetahuan yang diajarkan kepada Adam maka tidak akan bisa malaikat ini menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi ini. Dapat dilihat pula bagaiman kerendahan hati malaikat mengakui bahwa mereka tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkan Allah SWT pada mereka. Kerendahan hati ini tampak juga ketika mereka disuruh sujud sebagai tanda penghormatan mereka bersedia melakukannya.

“Dan (Renungkanlah pula) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kepada Adam”, maka mereka pun segera sujud. Tetapi Iblis enggan dan angkuh. Dan dia termasuk kelompok yang kafir.” Iblis tidak mau bersujud karena merasa dirinya lebih baik dari manusia yang hanya diciptakan dari tanah. Malaikat yang semula juga ragu terhadap kemampuan manusia setelah mendapat petunjuk akhirnya bersedia mengakui keunggulan dan bersujud. Iblis tidak, walaupun sudah diberi petunjuk mereka tetap tidak mau mengakui apalagi bersujud sebagai penghormatan. Perasaan angkuh telah menutupi iblis dari petunjuk. Demikianlah, karena pengetahuan yang diberikan oleh Allah SWT maka manusia dapat lebih mulia dari malaikat sehingga malaikat bersujud pada manusia.

“Dan ketika Kami (Allah) berfirman “Hai Adam diamilah-engkau dan istrimu- surga (ini) dan makanlah darinya yang banyak lagi baik, dimana dan kapan saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, sehingga menyebabkan kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.”

Kemudian manusia pertama ini dan pasangannya diijinkan oleh Allah SWT untuk tinggal di surga. Apabila kita ingat lagi ayat 30 tadi mungkin timbul pertanyaan bukankah manusia ini adalah diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi tapi mengapa justru disuruh tinggal di dalam surga. Pasti ada pelajaran berharga yang ingin di sampaikan-Nya kepada manusia semuanya melalui urutan ini.

Di dalam surga Allah SWT memberi karunia yang banyak salah satunya berupa makanan yang banyak dan baik yang boleh dimakan oleh Adam dan pasangannya, mereka boleh menikmati yang mana saja, kapan saja mereka suka. Tapi Allah melarang Adam dan pasangannya untuk mendekati sebuah pohon. Dari sekian banyak makanan dan pepohonan di surga, Allah hanya melarang satu pohon untuk tidak boleh didekati. Larangan yang sebenarnya terdengar mudah namun kejadian berikutnya akan dapat menjelaskan karakter utama dari manusia.

“Maka keduanya digelincirkan oleh setan karenanya maka keduanya dikeluarkan dari keadaan mereka semula dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman sementara di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”

Betapa sulitnya manusia menahan rasa ingin tahu mereka. Betapa sulitnya manusia menahan keinginan mereka. Ketika ada larangan justru manusia semakin penasaran terhadap hal itu. Keinginan tahu sebagai akibat dari potensi pengetahuan yang diberikan oleh Allah SWT dapat memabawa manusia untuk menerobos larangan yang diberikan-Nya.

Apakah semua dilakukan manusia karena secara sengaja? Tidak, ternyata semua dikarenakan lemahnya manusia terhadap godaan setan. Manusia adalah mahluk yang lemah. Mereka diberi potensi pengetahuan yang dengannya mereka dapat menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi namun dalam potensi itu terdapat kelemahan yang dapat mencelakakan diri manusia sendiri yang seringkali dimanfaatkan oleh setan melalui bujukannya. Bagaimana kelanjutan nasib manusia yang karena kelemahan dan bisikan setan terjerumusan dalam tindakan aniaya? Apakah Allah SWT membiarkan mereka begitu saja?

“Maka Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Dia kembali kepadanya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Ternyata Allah SWT tidak membiarkan Adam dalam kesengsaraan akibat perbuatannya. Allah SWT mengajarinya beberapa kalimat yang sering dipahami sebagai bentuk penyesalan atau taubat dan taubatnya tersebut diterima. Allah SWT Maha Penyayang kepada umat-Nya. Dia tahu bahwa bersamaan dengan potensi pengetahuan yang telah diberikan-Nya ada tersembunyi kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh setan untuk menjerumuskan manusia. Karenanya Allah SWT memberi sebuah “fasilitas” bagi manusia yang terjerumus untuk kembali kepada-Nya. Asalkan manusia mau mengakui kelemahannya dan menerima petunjuk dari Allah SWT maka Allah SWT akan ijinkan manusia itu mencapai keberhasilan menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi dan pada akhirnya kembali kepada Allah SWT di surganya yang kekal dan abadi untuk selama-lamanya.

“Kami berfirman, “Turunlah kamu semua darinya (surga itu)! Lalu jika datang petunjuk-Ku kepada kamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada rasa takut mengatasi mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

Demikianlah sedikit diantara apa yang bisa kita ambil dari QS 30-39. semoga dapat kita jadikan pelajaran apa yang telah terjadi pada manusia pertama di bumi ini sekaligus dari mana manusia-manusia berikutnya berasal.

Tidak ada komentar: